Garis Besar Arah Pergerakan Mahasiswa Indonesia

Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun –Soe Hok Gie-
Kepada para mahasiswa
Yang merindukan kejayaan
Kepada rakyat yang kebingungan
Di persimpangan jalan
gm
Pergerakan mahasiswa merupakan sebuah pergerakan akademis yang berasaskan pada logika intelektual dalam bentuk ide dan pemikiran, yang kemudian diimplementasikan dalam bentuk diskusi dan aksi. Organisasi mahasiswa dengan segala dinamikanya turut andil dalam mempengaruhi prilaku individu mahasiswa sebagai anggotanya, individu mahasiswa inilah yang pada akhirnya akan menentukan model pergerakan mahasiswa pada era saat ini.
Gerakan kepemudaan / mahasiswa memang sudah sejak lama dikenal sebagai gerakan pengusung berbagai perubahan. Selain memiliki semangat juang membara, para aktivis kepemudaan yang sebagian besar adalah mahasiswa juga dianggap memiliki intelektualitas tinggi dan kapasitas kepribadian yang telah mapan.
Jika di flash back ke belakang, era awal gerakan kepemudaan / mahasiswa Indonesia dimulai pada 1928 yang menghasilkan Sumpah Pemuda dengan ikrarnya satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa. Dengan merasa satu rasa, para pemuda / mahasiswa bersama rakyat bersatu terus-menerus memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Hingga tiba masanya (1945) para pemuda mendesak golongan tua agar segera memproklamasikan kemerdekaan RI. Gerakan ini masih benar-benar murni berasal dari hati nurani rakyat yang telah bosan terus-menerus dipecah-belah para penjajah.
Sejak awal berdirinya, gerakan mahasiswa sudah terbagi dalam dua aliansi: kanan dan kiri. Aliansi kanan cenderung berdasar pada nilai-nilai agama dan moralitas sehingga meskipun melakukan gerakan besar-besaran, namun tetap rapih dan tertata. Sedangkan gerakan kiri cenderung mengusung nilai-nilai revolusi yang memaklumkan adanya korban jiwa di dalamnya. Jika isu yang diusung sama, maka akan melakukan pergerakan yang sama meski dengan modelnya masing-masing.
Hal – hal yang membedakan dari tiap gerakan adalah dominasinya, jika didominasi gerakan kanan, maka kecenderungan akan rusuh dan memakan korban akan sangatlah kecil. Sebaliknya, jika pergerakan didominasi aliansi kiri, maka siap-siaplah dengan sejumlah korban jiwa yang bergelimpangan. Yang terjadi pada era ’98 adalah bersatunya berbagai model pergerakan mahasiswa sehingga ada yang tertata rapih dan ada yang rusuh. Beruntung, kondisi saat itu didukung oleh salah satu tokoh gerakan kanan, Amien Rais, sehingga pergerakan menjadi terarah. Mahasiswa pun berjanji akan terus mengawal reformasi dengan 6 visinya: amandemen konstitusi, cabut dwi fungsi TNI, penegakkan supremasi hukum, otonomi daerah, budayakan demokrasi, serta mengadili Soeharto dan kroninya. Sayang, ternyata 6 visi reformasi ini tidak berjalan semulus yang diangankan. Hingga kini, penegakkan supremasi hukum dan mengadili Soeharto dan kroninya belum tercapai (bahkan berubah menjadi memaafkan seiring dengan kian maraknya prilaku yang lebih busuk darinya).
Kepada pewaris peradaban
Yang telah menggoreskan
Sebuah catatan kebanggaan
Di lembar sejarah manusia

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.